Saturday, January 19, 2008

Hello i'm back

Akhirnya gue nge blog lagi.. Uda lama banget gue ga ketemuan ama yang namanya internet. Serasa idup di planet laen. Wkakaka... Secara di kantor gue yang baru internetnya uda dicabut pas gue sebelom gawe disana, jadi gue kaga bisa ngeblog n browsing kaya dulu.. Wah baca postingan neng vivi yang banyak n liat poto2nya yang super narsis bikin gue kangen pengen nge blog lage... Hehe...

Sekarang gue uda ga gawe di perusahaan control system lage. Sekarang beralih ke perusahaan baja. Jauh amat yah nyasarnya.. Disini enak soale deket banget ama rumah.. Jam masuknya 8.15 n gue bisa jalan kaki dari rumah. Lumayan itung2 sambil olah raga..Huehuheuhe... Dari rumah gue jalan sekitar jam 8 kurang 15 an menit getu deh.. n ampe kantor jam 8 an.. so masi ada waktu buat duduk2 dulu.. n dari yang dulunya jadi sekretaris sekarang berevolusi jadi accounting.. Haha.. Ga nyambung banget yah...

Di kantor baru orang nya juga pada bae2.. Tapi gue jadi yang paling muda disana.. Secara disana emak2 smua.. Mereka rata2 uda pada diatas 10 taon gawe disana, malah ada yang uda 25 taon sejak tuh kantor ada... So.. artinya pada betah dunk disana.. Jadi semoga gue juga betah disana yah.. Hehe...

Tuesday, October 30, 2007

BERAPA BESAR BOBOT SEBUAH DOA ?

Louise Redden, seorang ibu kumuh dengan baju kumal, masuk ke dalam sebuah
supermarket.

Dengan sangat terbata-bata dan dengan bahasa yang sopan ia memohon agar
diperbolehkan mengutang.

Ia memberitahukan bahwa suaminya sedang sakit dan sudah seminggu tidak
bekerja.

Ia memiliki tujuh anak yang sangat membutuhkan makan.

John Longhouse, si pemilik supermarket, mengusir dia keluar.

Sambil terus menggambarkan situasi keluarganya, si ibu terus menceritakan
tentang keluarganya.

"Tolonglah, Pak, Saya janji akan segera membayar setelah aku punya uang."

John Longhouse tetap tidak mengabulkan permohonan tersebut.
"Anda tidak mempunyai kartu kredit, anda tidak mempunyai garansi,"
alasannya.

Di dekat counter pembayaran, ada seorang pelanggan lain, yang dari awal
mendengarkan percakapan tadi.

Dia mendekati keduanya dan berkata : "Saya akan bayar semua yang
diperlukan
Ibu ini."

Karena malu, si pemilik toko akhirnya mengatakan, "Tidak perlu,Pak.
Saya sendiri akan memberikannya dengan gratis.

Baiklah, apakah ibu membawa daftar belanja ?"
" Ya, Pak. Ini," katanya sambil menunjukkan sesobek kertas kumal."
Letakkanlah daftar belanja anda di dalam timbangan,

dan saya akan memberikan gratis belanjaan anda sesuai dengan berat
timbangan tersebut."

Dengan sangat ragu-ragu dan setengah putus asa, Louise menundukkan kepala
sebentar,

menuliskan sesuatu pada kertas kumal tersebut,
lalu dengan kepala tetap tertunduk, meletakkannya ke dalam timbangan.

Mata Si pemilik toko terbelalak melihat jarum timbangan bergerak cepat ke
bawah.

Ia menatap Pelanggan yang tadi menawarkan si ibu tadi sambil berucap
kecil,
"Aku tidak percaya pada yang aku lihat."
Si pelanggan baik hati itu hanya tersenyum.

Lalu, si ibu kumal tadi mengambil barang-barang yang diperlukan, dan
disaksikan oleh pelanggan baik hati tadi,

si Pemilik toko menaruh belanjaan tersebut pada sisi timbangan yang lain.

Jarum timbangan tidak kunjung berimbang, sehingga si ibu terus mengambil
barang-barang keperluannya

dan si pemilik toko terus menumpuknya pada timbangan, hingga tidak muat
lagi.

Si Pemilik toko merasa sangat jengkel dan tidak dapat berbuat apa-apa.

Karena tidak tahan, Si pemilik toko diam-diam mengambil sobekan kertas
daftar belanja si ibu kumal tadi.

Dan ia-pun terbelalak.

Di atas kertas kumal itu tertulis sebuah doa pendek :
" Tuhan, Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya
ke dalam tanganMu."

Si Pemilik Toko terdiam. Si Ibu, Louise, berterimakasih kepadanya,
dan meninggalkan toko dengan belanjaan gratisnya.

Si pelanggan baik hati bahkan memberikan selembar uang 50 dollar
kepadanya.

Si Pemilik Toko kemudian mencek dan menemukan bahwa timbangan yang dipakai
tersebut ternyata rusak.

Ternyata memang hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah doa.
KEKUATAN SEBUAH DOA
Segera setelah anda membaca cerita ini, ucapkanlah sebuah doa. Hanya itu.

Stop pekerjaan anda sekarang juga dan ucapkan sebuah doa untuk dia yang
telah mengirimkannya kepada anda.

Lalu, kirimkan e-mail ini kepada setiap orang atau sahabat yang anda
kenal. Biarlah jaringan ini tidak terputus, karena DOA ADALAH HADIAH TERBESAR DAN
TERINDAH YANG KITA TERIMA.
Tanpa biaya, tetapi penuh daya guna.

Jalur Bertabur Berkat

Like usually email from my friend albert,

Sore ini aku penat banget, setelah sehari berjibaku dengan angka, komputer, kertas dan banyak hal yang lain.

Ditambah lagi masalahku di tempat kerja yang tak pernah berkesudahan, aku selalu bekerja dengan sepenuh hatiku untuk mengerjakan yang terbaik namun imbalan yang kuperoleh tidak seperti yang kuharapkan, teman-temanku (kariawan) yang lain naik GAJI namun gajiku tidak naik, teman-teman yang lain dapat BONUS tapi aku ga mendapatkannya, jangankan 100%, 1 % pun aku ga mendapatkannya. tiba-tiba aku disergap kekuatiran yang teramat dahsyat. tentang pundi-pundi masa depan, tentang diriku sendiri yang sepertinya ga ada apa-apanya, tentang kerohanianku dan juga keluargaku , tentang banyak hal yang tiba2 bersliweran tak tentu.... aku tak tahan, sepertinya mau meledak dari dalam dadaku.

Tiba di rumah...segera aku berlari ke pangkuan Tuhan, seperti anak kecil, aku menangis, dan bertutur satu-satu tentang apa yang kutakutkan aku ceritakan semuanya kepadaNya

DIA memelukku hangat, membiarkan aku tenang di dadaNYA, sabar mendengarkan setiap ocehanku, tersenyum bijak dan menatapku dalam keteduhan mataNYA.

Di sela isak tangisku DIA membentangkan sepenggal kecil perjalanan hidupku dalam satu lembar kanvas yang besar.

Di sana aku melihat DIA tengah menabur benih-benih dalam setiap jengkal jalan yang sudah dan akan aku lalui... semua jalan... dalam berbagai keadaan,
di gunung-gunug... di lembah-lembah... di jalan berduri...di ladang gersang...di ladang subur..
DIA terus mendahuluiku, sambil terus menabur dan memperhatikanku... dilakukanNYA, baik aku sedang berjalan, ataupun tidur...

aku bertanya sambil bergelayut manja di tangan kekarNYA, "Apa yang KAU lakukan? Aku tidak mengerti Tuhan?"

DIA memandangku lembut (ini yang selalu membuatku rindu)

"AnakKU, engkau berharga di mataKU, itu sebabnya aku menabur benih-benih dalam setiap jengkal jalan yang kau lalui. Benih-benih itulah semua berkat yang kau butuhkan dalam hidupmu. AKU sudah menghitung dengan cermat, dan bila waktunya tiba, engkau tinggal menikmatinya. Bukan hanya itu... AKU, TUHAN-mu akan selalu ada dalam setiap perjalananmu. Apakah kau mengerti sekarang???"

Aku menangis lagi... tapi kini bukan karena kesedihan, bukan karena kekuatiran

Ya, kini aku mengerti, bahwa Tuhan sudah memperhitungkan semua kebutuhanku, bahkan melakukan lebih banyak dari pada yang bisa aku pikirkan dan doakan (Efesus3 : 20).. Tuhan sudah menyediakan apa yang aku butuhkan, bahkan DIA menyediakan DIRINYA SENDIRI untuk menjadi penjagaku, yang dengan segenap hati mau ngurusin aku yang seringkali "rewel" DIA SENDIRI.... bukan duta (Yesaya 63 ; 9).

Dia memang tidak menjanjikan aku menjadi KAYA RAYA....tapi DIA berjanji mencukupkan apa yang jadi keperluanku. Bahkan menjamin, bahwa... aku dan seluruh keluargaku tidak akan menjadi pengemis (Mzm 37 ; 5)

DIA memang tak menjanjikan jalan hidup yang selalu aman , tapi DIA berjanji untuk terus bersamaku (Mzm 23)

DIA... memang tak berjanji bahwa aku tidak akan menemui masalah..... tapi DIA mau menyediakan DIRINYA SENDIRI untuk menjadi jalan keluar bagiku.

DIA... tak pernah berjanji untuk selalu memenuhi apa yang KUINGINKAN...Tapi DIA menjamin, bahwa semua KEBUTUHANKU sudah disediakan dengan cermat (Filipi 4:9)

DIA juga menjamin, bahwa selama aku berjalan dalam pimpinanNYA, maka aku akan dipuaskan oleh janji-janjiNYA yang TIDAK AKAN DIINGKARI

Monday, October 8, 2007

Foto-foto




Ini foto-foto waktu babtisan.. Baru diupload sekarang, maklum baru dapet.. Hehe...

Kalo yang ini foto dari camera temen gue yang pas kita mistagogi

Tuesday, October 2, 2007

Kawan adalah perhiasan yang langka

Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk.

Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku,dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang dipagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untukmenahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar.

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata :

"Anakku, kamu sudah berlaku baik,tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada dipagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula.Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar."

"Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka."

"Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya sama perihnya seperti luka fisik."

"Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka."

"Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat."

"Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan, mereka menunjang dan membuka hatimu."

"Tunjukkanlah kepada teman- temanmu betapa kau menyukai mereka."

Bersepeda Bersama Jesus

Pada awalnya, aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat; seorang hakim yang mencatat segala kesalahanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukkan ke surga atau dicampakkan ke dalam neraka pada saat aku mati. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang raja. Aku tahu Dia melalui gambar-gambar-Nya, tetapi aku tidak mengenal-Nya. Ketika aku bertemu Yesus, pandanganku berubah. Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya adalah
sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk di belakang, membantu aku mengayuh pedal sepeda.

Aku tidak tahu sejak kapan Yesus mengajakku bertukar tempat, tetapi sejak itu hidupku jadi berubah. Saat aku pegang kendali, aku tahu jalannya. Terasa membosankan, tetapi lebih dapat diprediksi ...biasanya, hal itu tak berlangsung lama. Tetapi, saat Yesus kembali pegang kendali, Ia tahu jalan yang panjang dan menyenangkan. Ia membawaku mendaki gunung, juga melewati batu-batu karang yang terjal dengan kecepatan yang menegangkan. Saat-saat seperti itu, aku hanya bisa menggantungkan diriku sepenuhnya pada-Nya! Terkadang rasanya seperti sesuatu yang 'gila', tetapi Ia berkata, "Ayo, kayuh terus pedalnya!"

Aku takut, khawatir dan bertanya, "Aku mau dibawa ke mana?" Yesus tertawa dan tak menjawab, dan aku mulai belajar percaya. Aku melupakan kehidupan yang membosankan dan memasuki suatu petualangan baru yang mencengangkan. Dan ketika aku berkata, "Aku takut!" Yesus menurunkan kecepatan, mengayuh santai sambil menggenggam tanganku.

Ia membawaku kepada orang-orang yang menyediakan hadiah-hadiah yang aku perlukan ... orang-orang itu membantu menyembuhkan aku, mereka menerimaku dan memberiku sukacita. Mereka membekaliku dengan hal-hal yang aku perlukan untuk melanjutkan perjalanan ... perjalananku bersama Tuhanku. Lalu, kami pun kembali mengayuh sepeda kami.

Kemudian, Yesus berkata, "Berikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang membutuhkannya; jika tidak, hadiah-hadiah itu akan menjadi beban bagi kita." Maka, aku pun melakukannya. Aku membagi-bagikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang kami jumpai, sesuai kebutuhan mereka. Aku belajar bahwa ternyata memberi adalah sesuatu yang membahagiakan.

Pada mulanya, aku tidak ingin mempercayakan hidupku sepenuhnya kepadaNya. Aku takut Ia menjadikan hidupku berantakan; tetapi Yesus tahu rahasia mengayuh sepeda. Ia tahu bagaimana menikung di tikungan tajam, Ia tahu bagaimana melompati batu karang yang tinggi, Ia tahu bagaimana terbang untuk mempercepat melewati tempat-tempat yang menakutkan.

Aku belajar untuk diam sementara terus mengayuh ... menikmati pemandangan dan semilir angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku selama perjalanan bersama Sahabatku yang setia: Yesus Kristus.

Dan ketika aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, Yesus akan tersenyum dan berkata ... "Mengayuhlah terus, Aku bersamamu."

Doa Yang Membangkitkan

"Tante.. pegangin minuman Axel ya, soalnya Axel mau berdoa untuk mama supaya mama cepat sembuh dan boleh pulang sama Axel", begitulah tutur seorang anak laki-laki sederhana yang berumur 4-5 tahun.
Setelah dirawat satu malam di rumah sakit Husada di Jakarta karena pendarahan yang dialami mamanya Axel yang sedang mengandung 5 bulan, diperbolehkan untuk beristirahat di rumah.

Beberapa hari kemudian, mama Axel merasa sakit di perutnya, seketika itu juga dilarikan ke rumah sakit tempat dia dirawat kemarin.

Beberapa kali terjadi kontraksi dan sesaat kemudian lahirlah seorang bayi berumur lima bulan dalam kandungan yang sangat mungil sebesar botol Aqua ukuran sedang pada tanggal 7 Juli 2004.

"Pak, 99,9 persen tidak ada harapan lagi, bagaimana nih? Apa masih mau diteruskan?" kata salah satu suster yang menangani.

"Biar hanya tinggal 1persen sekalipun, anak saya harus terus hidup", jawab papanya Axel.

Cukup menggemparkan memang berita ini sehingga kerabat dari papa dan mamanya Axel langsung datang menjenguk.

Banyak air mata yang mengalir pada setiap orang yang datang menjenguk, terlihat hati yang hancur, kesedihan yang terlalu dalam dan perasaan pasrah pada Tuhan dikedua raut muka orangtua Axel.

"Mama.. Axel udah lihat dede, kok dia kecil sekali ya ma? Tapi Axel sayang dede.

Mama.. kita pulang bawa dede yuk" ajak si Axel.

Mama Axel menatap sedih dengan linangan air mata dan mencoba menjelaskan keadaan, "Axel.. dede Axel masih lemah, dia terlalu lembut untuk digendong pulang dan dia harus tetap dirawat di sini, Axel berdoa saja ya sama Tuhan Yesus, minta Tuhan Yesus beri kekuatan untuk dede, supaya dede bisa pulang ke rumah."

Keesokan harinya, Axel yang di rumah minta omanya ajak dia ke rumah sakit untuk menengok dede barunya.

Sesampainya dia di ruang incubator yang terpisahkan oleh kaca yang lebar, di situ dia berdoa: "Tuhan Yesus yang baik, terima kasih sekarang Axel udah punya dede baru, Tuhan lihatkan, tangannya terlalu kecil gak seperti tangan Axel, kepalanya juga dan kata mama dede sangat lemah, Axel percaya sama kekuatan Tuhan, Tuhan maukan pegang tangan dede supaya dede bisa menjadi besar kayak Axel, Amin."

Setelah berdoa, Axel masih mau lihat dedenya sebentar lagi, sambil digendong omanya, Axel menyanyikan lagu Ku mau cinta Yesus selamanya.

Setelah berulang-ulang menyanyikan lagu itu, lalu dia berkata: "Dede udah denger kan kokoh Axel nyanyi untuk dede?

Besok kokoh Axel nyanyi lagi untuk dede ya.."

Oma Axel menangis terharu melihat apa yang dilakukan cucunya.

Kami semua kerabat papa mamanya Axel berdoa untuk mereka khususnya untuk bayi mereka.

Sekarang dede Axel sudah bisa bernafas secara teratur, semuanya berjalan lancar dan hari makin hari dia beroleh kekuatan untuk berkembang.

Semuanya karena nyanyian dan doa dari seorang anak laki-laki sederhana yang berumur 4-5 tahun yang mengatakan betapa dia menyayangi dedenya.

Pelajaran yang bisa dipetik dalam cerita ini adalah dimanapun kita, seberat apapun pergumulan masalah kita sehingga terlintas di benak bahwa tidak ada lagi harapan, Tuhan Yesus bekerja pada saat itu, Dia yang tidak pernah meninggalkan kita akan selalu menolong kita, asalkan kita datang merendahkan diri kepadanya sama seperti doa polos Axel kepada Tuhan Yesus dan mengandalkan kekuatanNya.

VISIST MY BLOG FOR MANY CHRISTIAN STORIES
GBU ALL..